3. Introject
3.i Transformasi Tuyul menjadi Genderuwo
Kepada para ibu, bisakah dibayangkan jika datang kepada anak yang baru berusia 3 tahun, dan ingin memeluknya, tetapi anak ibu tidak mau, malah bilang aku mau dipeluk mbak saja ( baby sitter). Mama galak. Lalu dengan santainya anak ibu, lari ke mbaknya minta dipeluk dan malah mencium pipi mbaknya di depan ibu.
Demikianlah, latar belakang ibu Adel datang ke saya. Ia sangat galau, anak sulungnya lebih dekat dengan baby sitternya. Padahal, sebagai ibu ia sebenarnya punya waktu, tapi ia sering marah pada anaknya ini. Ia sendiri bingung mengapa setiap melihat anaknya, ada rasa kesal di dalam hati tanpa sebab dan akhirnya marah dengan alasan yang kadang remeh temeh, seperti lantai kotor, ingusan, makan belepotan, mendekati adiknya yang masih bayi kala itu, dan sejenisnya.
Dalam proses hipnoterapi ditemukan bahwa ibu Adel sempat menolak kehadiran anaknya. Ia baru menikah dan langsung hamil. Padahal ia ingin hamil sekitar 2 tahun setelah menikah. Ia masih mau menikmati hidup bersama suami dengan gaya pacaran, tanpa diganggu punya anak dulu. Selama hamil, ia sering marah marah kepada anak di dalam perut, bahkan sempat mengungkapkan hendak menggugurkan. Hatinya merasa selalu gelisah dan berbeban dengan kehamilannya.
Dalam proses hipnoterapi, Bu Adel dan anaknya memasuki momen janin dalam kandungan. Ia berdamai dengan anak yang dikandungnya. Ia meminta maaf dan mengungkapkan kasih sayangnya kepada anaknya. Ia juga mengambil kembali semua kata kata buruk yang pernah ia ucapkan kepada si janin, dan melepaskan energi kata kata itu kepada semesta atau Tuhan setelah ia memohon pengampunan Tuhan. Kepada si janin sendiri kita minta agar perasaan sang ibu dipisahkan dari perasaannya, karena di momen anak dalam kandungan, apa yang dirasakan oleh sang ibu menjadi perasaannya juga, dan apa yang disampaikan sang ibu, langsung diambil sebagai kebenaran dalam dirinya. Sang ibu mengatakan, kamu merepotkan saja nak.... Setelah lahir, anak akan membawa beban dalam pertumbuhannya sebagai anak yang menjadi beban saja. Apresiasi pada diri sendiri menjadi rendah.
Setelah nelewati proses momen janin, Sang anak umur 3 tahun, masuk mendukung transformasi perubahan, begitu juga sang ibu, dalam hal ini si ibu Adel.
Sesaat setelah proses berdamai ini selesai, muncullah introject, sosok hitam besar dan menyeramkan (menurut pandangan batin si ibu Adel) yang bertanya pada Bu Adel, benar ia tak mau memarahi anaknya lagi. Bu Adel menjawab ya. Ia tak mau kehilangan kasih sayang anaknya yang lebih memilih baby sitternya.
Akhirnya si Genderuwo mengaku bernama Joko. Ia tinggal di rumah ibu Adel sejak kematiannya di tahun 1992 karena kena sabit tanpa sengaja. Alkisah, si Joko mengganggu badut. Si badut marah. lalu Joko yang baru kelas 2 smp lari ke sawah. Tanpa ia duga, ia menabrak pak Tani yang sedang membawa sabit membersihkan gulma di pematang sawah. Si Joko terjatuh dan menimpa sabit yang melukai perutnya. Dalam perjalanan ke rumah sakit, karena lukanya cukup dalam, si Joko meninggal, tepat di depan kebun yang sekarang menjadi rumah si Bu Adel.
Selama hidup, si Joko adalah anak yang nakal. Suka bolos sekolah, suka berkelahi, mengganggu orang terutama cewek cewek. Banyak teman yang sebal sama dia.
Pertama kali sadar dia sudah mati, ia bisa melihat dirinya dengan pakaian dan wajah yang sama saat dia terbunuh.
Kedua, beberapa hari kemudian, ia berubah menjadi pocong, dan ia bisa melihat pocong lain tapi tak bisa berkomunikasi. Nampaknya, tansformasi perubahan ini terjadi karena dia sudah dipocong dan dimakamkan. Selama jadi pocong ia masih usil, suka menampakkan diri ke cewek dan ibu-ibu yang suka lewat. Kebiasaan ini berhenti ketika Bu Adel mulai tinggal di rumah yang dibangun di atas kebun dimana si pocong Joko tinggal di situ. Si pocong suka pada Bu Adel, jadi dia tidak mengganggu cewek dan ibu-ibu yang lewat lagi. Setelah memutuskan tak mengganggu orang-orang, si pocong didatangi Genderuwo, dan genderuwo tersebut menarik tali pocong di atas kepalanya, saat itu dia merasa dirinya membesar dan berwarna hitam, rambut gondrong, dengan bulu lebat di tangannya. Si gendruwo yang menarik tali pocongnya terlihat tersenyum, tanpa kata dan tiba tiba menghilang masuk dalam cahaya. Sejak saat itu, pocong pocong lain takut dan taat pada si Joko yang telah bertransformasi dari pocong ke Genderuwo. Sejak saat itu ia sebagai Genderuwo bisa berkomunikasi dengan pocong pocong di wilayah dimana ia tinggal. Si Genderuwo ini selalu mengiringi si Bu Adel kemanapun pergi dan tak mau ada yang boleh mengganggu Bu Adel. Termasuk anaknya.
Si Genderuwo mendukung secara buta apa yang dirasakan Bu Adel. Ia berpikir sama dengan Bu Adel bahwa anak ini buat repot saja. Pikiran si Genderuwo menjadi sefrekwensi dengan pikiran Bu Adel terhadap anaknya ini. Jadilah ia mendukung Bu Adel untuk selalu marah pada anak pertamanya yang baru berusia 3 tahun ini. Karena pada anak kedua yang baru berumur setahun Bu Adel lebih siap, dan bisa menerima ketika ia hamil, si genderuwo juga tidak mengganggu anak kedua. Bu Adel tidak memancarkan frekwensi rasa kesal pada anak kedua, jadilah, si Genderuwo juga mengikuti frekwensi rasa Bu Adel untuk tidak mengganggu anak kedua.
Selain mendukung emosi kemarahan Bu Adel kepada anak Bu Adel yang pertama, ternyata si Joko Genderuwo nakal ini juga suka menampakkan diri ke anak sulung Bu Adel di kamar mandi, kadang di dapur, dan di kamar. Itu yang menyebabkan si Intan sering rewel, menangis dan ketakutan.
Setelah diajak ngobrol, si genderuwo ingin seperti genderuwo yang mencabut tali pocong waktu dia menghilang ke cahaya. Ia merasakan pantulan cahaya yang dilewati genderuwo pencabut tali pocongnya itu meneduhkan diri, yang tidak pernah dia alami sebelum atau sesudah dia jadi genderuwo. Tapi dia agak ragu, karena ia telah mempunyai pengalaman dirinya terasa tercabik cabik, ketika hendak diusir Oleh orang pintar dari tempat dia tinggal sebelum rumah Bu Adel dibangun.
Untuk meyakinkan apa yang dia rasakan tentang cahaya itu benar, saya melakukan PKeS agar dia merasakan sendiri, jika sudah waktunya, Tuhan sendiri yang akan membawa dia dalam cahaya. Syukurlah, si genderuwo bisa merasakan itu dan dia merasakan rasa damainya lebih daripada saat ketika ia melihat genderuwo pencabut tali pocong masuk dalam cahaya.
Si Joko, genderuwo diminta melakukan 3 syarat. Bertobat, mohon ampun dan ikhlas. Karena waktu dia hidup adalah orang yang beragama, meski dia tidak taat menjalankannya, dia bisa melakukan itu. Namun dia mengajak satu pocong yang tinggal serumah, yang tiba tiba nongol untuk ikut pulang juga. Masuklah mereka ke alam selanjutnya, di alam cahaya bukan di alam antara lagi.
Bu Adel jadi lega setelah hipnoterapi. Ia langsung akan memeluk anaknya sesampai rumah. Dan alhamdullilah, anaknya mau dipeluk sesampai rumah.
Jadi, Bapak-ibu, sayangilah anak-anakmu sejak dalam kandungan. Bahkan sejak dalam perencanaan ataupun dalam momen yang tak diduga dan disangka. Suatu saat, kasih sayang itu akan mantul balik di saat tak terduga, atau di saat anak telah dewasa, dan kita telah menua.
BSD, 06/04/2021
Salam sehat dan berkelimpahan
Heri Siswanto
Soul hypnotherapist