The Victory:
Satu Langkah Memilih Berkat atau Kutuk
Pada akhirnya kehidupan di dunia ini akan berakhir. Tak peduli kau kaya, miskin, terkenal atau sendiri dalam keheningan siang malam, waktunya selalu akan tiba.
Sesaat kau hidup, apa yang diperjuangkan dalam hidupmu? Perolehan nama, harta berlimpah, jabatan, atau kebaikan yang menular, yang semakin membuat bumi dan semesta indah, cantik dan bersinar?
Atau kau mengalir saja mengikuti arus kehidupan yang pasrah kau jalani?
Apakah setitik senyum, kata, pikir dan rasamu tak ada kau pikir untuk diberikan bagi damainya kehidupan? Atau hanya membuat kebencian dan kekejaman sisi jahat kita semakin melebar, menular?
Aku meniti hidupku dalam jalan biasa. Namun aku tak hendak menjadi biasa. Dalam kering siang aku hendak menjadi payung teduh kehidupan. Dalam dingin malam, aku hendak menjadi selimut bagi jiwa-jiwa kedinginan. Meski hanya bisa menyelimuti semut yang berjuang menyeret sisa gula yang jatuh. Dalam senyap aku menjadi diriku. Diri yang menjalani hidup untuk bermakna, menggulung kesia-siaan menjadi manis.
Ada kesempurnaan. Namun kesempurnaan tak terbatas. Yang ada langkah kaki, hati dan jiwa melangkah saja menuju ke sana. Meski tahu tak sampai, langkahkan saja. Itulah ketidaksempurnaan yang indah.
Aku memandang jiwaku.
Di sana hanya ada keheningan yang menjadi pintu memancarkan cahaya Sang Sempurna, bagi yang tak sempurna, untuk terus menjadi dirinya, menjalani ketidaksempurnaan dengan indah.
Kehidupan akan berakhir.
Jangan biarkan sebelum berakhir terisi kesia-siaan. Karena pada saat berakhir sebenarnya ada permulaan kehidupan baru yang melanjutkan-mu.